Waktu kecil ayah sering bercerita, sebuah kisah yang dibacakannya dari buku kuno yang halamannya sudah menguning. Sebuah kisah tentang Rubah Berekor Sembilan.
Ribuah tahun lalu di negeri Tiongkok, seorang Raja telah melecehkan Dewi Nuwa di dalam kuil sang Dewi dengan puisi cintanya. Dewi Nuwa yang marah mengutus Siluman rubah berekor Sembilan untuk menghancurkan sang Raja � berikut dengan kerajaannya. Sang rubahpun merasuki tubuh seorang gadis jelita bernama Su DaJi yang kemudian menjadi permaisuri sang Raja. Dengan kecantikannya, sang rubah membuat sang Raja mabuk kepayang hingga mengabaikan kerajaan. Cerita bergulir dan semuanya berujung pada hancurnya kerajaan... tepat seperti kehendak sang Dewi.
Di sini, di depan altar ini entah kenapa aku teringat dengan kisah itu. Dalam balutan gaun putih pengantin, aku merasa telah menjadi sang rubah berekor sembilan. Mempelaiku adalah putra orang yang telah menghancurkan seluruh keluargaku. Ayahnya telah membuat ayahku tercinta bunuh diri dalam penjara karena fitnahnya. Ibuku tak bisa menanggung semua beban ini dan akhirnya pergi menyusul ayah menemui sang Raja Akhirat.
Hanya aku yang tersisa. Hanya aku yang bisa membalas semua dendam ini. Telah kudekati putra sang pembunuh itu dalam wujud gadis cantik, seperti rubah berekor sembilan yang merasuk ke dalam diri Su DaJi. Tak ada yang menyadari siapa diriku sebenarnya. Telah kurebut hati dan kepercayaan mereka. Bagi si pembunuh aku adalah calon menantu yang sempurna, calon istri terbaik bagi putranya.
Mempelaiku menggandeng tanganku dengan mesra. Wajahnya berbinar penuh kebahagiaan. Seraut wajah muda yang tampan dan polos. Pemuda bodoh yang dalam mimpipun takkan menyangka kalau kekasihnya ini adalah musuh dalam selimut. Kekasihnya ini adalah orang yang akan menghancurkan seluruh hidupnya. Sungguh pemuda malang yang patut dikasihani.
Tapi� setidaknya saat ini, di tempat yang lantainya dipenuhi kelopak mawar ini� biarkan aku sekali saja menjadi Su Daji, bukan rubah berekor Sembilan. Sekali ini saja aku ingin menikmati kebahagiaan bersama dengan Ji Bo YiKao, cinta sejatiku� bukan dengan sang Raja�
Ribuah tahun lalu di negeri Tiongkok, seorang Raja telah melecehkan Dewi Nuwa di dalam kuil sang Dewi dengan puisi cintanya. Dewi Nuwa yang marah mengutus Siluman rubah berekor Sembilan untuk menghancurkan sang Raja � berikut dengan kerajaannya. Sang rubahpun merasuki tubuh seorang gadis jelita bernama Su DaJi yang kemudian menjadi permaisuri sang Raja. Dengan kecantikannya, sang rubah membuat sang Raja mabuk kepayang hingga mengabaikan kerajaan. Cerita bergulir dan semuanya berujung pada hancurnya kerajaan... tepat seperti kehendak sang Dewi.
Di sini, di depan altar ini entah kenapa aku teringat dengan kisah itu. Dalam balutan gaun putih pengantin, aku merasa telah menjadi sang rubah berekor sembilan. Mempelaiku adalah putra orang yang telah menghancurkan seluruh keluargaku. Ayahnya telah membuat ayahku tercinta bunuh diri dalam penjara karena fitnahnya. Ibuku tak bisa menanggung semua beban ini dan akhirnya pergi menyusul ayah menemui sang Raja Akhirat.
Hanya aku yang tersisa. Hanya aku yang bisa membalas semua dendam ini. Telah kudekati putra sang pembunuh itu dalam wujud gadis cantik, seperti rubah berekor sembilan yang merasuk ke dalam diri Su DaJi. Tak ada yang menyadari siapa diriku sebenarnya. Telah kurebut hati dan kepercayaan mereka. Bagi si pembunuh aku adalah calon menantu yang sempurna, calon istri terbaik bagi putranya.
Mempelaiku menggandeng tanganku dengan mesra. Wajahnya berbinar penuh kebahagiaan. Seraut wajah muda yang tampan dan polos. Pemuda bodoh yang dalam mimpipun takkan menyangka kalau kekasihnya ini adalah musuh dalam selimut. Kekasihnya ini adalah orang yang akan menghancurkan seluruh hidupnya. Sungguh pemuda malang yang patut dikasihani.
Tapi� setidaknya saat ini, di tempat yang lantainya dipenuhi kelopak mawar ini� biarkan aku sekali saja menjadi Su Daji, bukan rubah berekor Sembilan. Sekali ini saja aku ingin menikmati kebahagiaan bersama dengan Ji Bo YiKao, cinta sejatiku� bukan dengan sang Raja�
Penulis: Kurenai86 | Kemudian